Makalah Puasa (hukum, syarat, rukun )
Hukum-hukum Puasa:
1.
Wajib :
a.
Puasa Ramadhan
b.
Puasa Qodo’
c.
Puasa Kafaroh,
misal karena:
àDhihar
: menyamakan perempuan yang boleh dikumpuli dengan yang tidak boleh
dikumpuli. Contoh: “ Sayang tubuhmu itu
sama dengan ibukku”
àmembunuh.
àJima’
waktu puasa puasa romadhan.
d.
Puasa bagi
orang Haji dan Umrah misalnya pasa haji membunuh hewan dsb. Sebagai fidyahnya
adalah menyembelih.
e.
Puasa minta
hujan, jika hal itu memang diperintah pimpinan. Tapi pimpinan tidak wajib untuk
berpuasa.
f.
Puasa nadzar.
2.
Sunnah
a.
PUASA TAHUNAN :
puasa Arafah, Puasa Tasyu’ah (9 Muharrom), puasa ‘Asyua(10 muharrom), puasa 11
muharrom, Puasa 6 Syawal, dan beberapa bulan yang dimulyakan (dzulhijjah,
dzulqo’dah, muharrom, rajab).
b.
PUASA BULANAN :
à
hari Terang Bulan, tanggal : 13, 14, 15 dari setiap bulan.
àHari
Gelap Bulan, tanggal : 28, 29, 30.
c.
PUASA MINGGUAN
: Puasa senin kamis
#Puasa sunnah yang paling utama adalah Puasa Daud (1 hari puasa 1
hari lagi tidak, dan berulang terus)
3.
Makruh
a.
Puasa di hari
jum’at saja, sabtu saja, ahad saja secara terus menerus. Sebab Jum’at hari
rayanya orang islam, sabtu hari rayanya orang yahudi, ahad hari rayanya orang
nasrani. Kalau mau puasa harus di gabung tidak boleh satu satu.
b.
Puasa 1 tahun
penuh, sebab puasa seperti ini menghawatirkan terjadi bahaya padanya.
4.
Haram
v Haram tapi sah.
a.
Puasanya sang
istri tanpa izin sang suami.
b.
Puasanya
pembantu(budak) tanpa izin majikannya.
v Haram tapi tidak sah.
a.
Puasa Idul
Fitri : tanggal pertama bulan syawal.
b.
Puasa Idul Adha
: tanggal ke sepuluh bulan dzulhijjah.
c.
Puasa hari
tasyrik: tanggal 11, 12, 13 dzulhijjah.
d.
Puasa setengah (separo)
yang akhir dari bulan sya’ban (16, 17, 18 ----smpai akhir)
e.
Puasa hari Syak(30 Sya’ban): Syak artinya itu
ragu-ragu, kenapa kok ragu-ragu? Karena pada hari banyak orang yang melihat
hilal yang belum diterima persyarayannya dalam memlihat hilal yaitu perempuan
dan anak kecil.
Ø Permasalahan.
Apakah boleh
kita puasa di hari syak dan puasa setengah bulan yang akhir bulan sya’ban?
Jawab: diperbolehkan puasa dalam 3 tingkah.
a.
Digunakan untuk
puasa wajib : puasa qodo’, nadzar dan kafaroh.
b.
Digunakan untuk
puasa yang sudah menjadi kebiasaan/wiridan. Seperti puasa senin kamis.
c.
Boleh puasa
setengah bulan yang akhir bulan sya’ban jika disambung dengan tanggal yang
depannya, 15. Boleh puasa kalo tanggal 15, 16, 17 ---à akhir. Kalo tiba tiba
berhenti di pertengahan maka tidak
diperbolehkan puasa, misal : 15 puasa 16 puasa 17 tidak puasa 18 puasa, maka
yang 18 haram puasa.
Syarat Sahnya Puasa :
1.
Islam
Diharuskan
harus keadan islam ketika puasa (sekabehane rino). Kalau murtad walaupun
sebentar maka batal puasa.
2.
Berakal
Diharuskan
dalam keadaan berakal/mumayiz saat berpuasa. Kalau dipertengahan tiba-tiba
gila/ hilang ingatan maka batal puasanya dan tidak perlu di qodo’.
3.
Suci dari haid
dan nifas.
Harus suci haid
dan nifas. Jika dipertengahan haid/nifas maka batal puasanya. Dan disunnahkan
untuk tetap tidak makan dan minum sampai waktunya buka puasa.
4.
Puasa di hari
yang memang di perbolehkan untuk puasa.
Syarat Wajib Puasa :
Artinya ketika sudah memenuhi
persyaratan ini, dia wajib puasa :
1.
Islam
Tidak sah bagi
yang kafir. Jika murtad wajib mengqodo’i puasanya semasa murtad ketika kembali
islam.
2.
Mukallaf
Harus sudah
baligh baik baligh sebab umur maupun mimpi mengeluarkan mani, dan berakal.
Wajib memerintahkan untuk bagi orang tua/wali bagi anakknya jika sudah
menginjak usia 7 tahun. Ketika menginjak usia 10 tahun dan mampu/kuat untuk
puasa, orang tua wajib memukul apabila dia tidak mau berpuasa.
3.
Mampu berpuasa.
Baik dari segi fisik
maupun syariat.
Segi fisik :
tidak wajib orang tua yang tuanya sangat, atau orang sakit yang tidak bisa
diharapkan kesembuhannya.
Segi syariat :
maka tidak wajib bagi yang haid dan nifas
v Kadar sakit sehingga diperbolehkan untuk mukak(membatalkan puasa)
-
Karena kalau
tidak makan dan minum di khawatirkan nanti bisa meninggal.
-
Karena kalau
tidak makan minum nanti dikhawatirkan nanti sembuhnya lama.
-
Karena kalau
nanti tidak makan minum nanti sakitnya tambah parah.
4.
Sehat : tidak
wajib bagi orang yang sakit.
5.
Mukim
Maka tidak
wajib bagi yang musyafir( orang yang berpergian) yang perginya terbilang jauh
yaitu dengan jarak min -+ 82 km. Bagi musyafir diperbolehkan untuk membatalkan
puasa dengan syarat:
-
Perginya
sebelum shubuh. Tapi jika perginya setelah subuh boleh membatalkan puasanya
jika memang dia sudah tidak kuat.
-
Membatalkan
puasanya dengan niat mengambil keringanan .
Itupun pendapat sebagian ulama’.
Menurut pendapat ulama’ yang diunggulkan tidk boleh
membatalkan puasanya kalau memang
masih kuat untuk puasa. Karena kalau sudah
memenhi persyaratan dan dia masih
kuat untuk berpuasa dia bisa saja membatalkan
Puasanya padahal ia masih kuat.
Jadi lebih digunakan untuk gegampang olehnya.
v Bagi musyafir lebih baik jika berpuasa selagi tidak memberatkannya.
Jika selama puasa merasa berat maka membatalkan puasa lebih baik.
Rukun puasa :
1.
Niat
Baik puasa
sunnah maupun wajib. Karena Nabi Muhammad berkata “ yang menjadikan syahnya
amal adalah hanya dengan niat”.
Niat harus
dilakukan setiap hari menurut Mahdzab Syafi’i,
Perbedaan niat puasa
fardhu dan puasa sunnah
|
|
Puasa Fardhu
|
Puasa Sunnah
|
1.waktu niat mulai tergelincirnya matahari(maghrib) sampai fajar.
Dan niatnya harus pada malam hari atau sebelum fajar.
|
1.waktu niat mulai terbenamnya matahari(mahgrib) sampai dzuhur.
Niatnya tidak harus malam hari.
|
2.wajib
menyertakan dalam niat dalam jenis puasanya. Apakah puasa ramadhan atau
nadzar atau kafaroh.
|
2.
tidak wajib menyertakan jenis puasanya kecuali beberapa yang memang harus
disebutkan jenis puasanya misal puasa arafah, menurut pendapat yang mu’tamad.
|
3.tidak
menggabungkan 2 puasa atau lebuh dalam 1 niat.
|
3.boleh
menggabungkan 2 puasa atau lebih dalam 1 niat
|
v Diperbolehkan niat puasa sunnah setelah fajar dengan syarat :
1.
Niatnya harus
sebelumnya dzuhur, karena batasanya sampai dzuhur.
2.
Tidak melakukan
perkara yang membatalkan puasa dari mulai fajar hingga mulai niat.
v Niat puas yang sempurna:
نوتُ صومَ غدٍ
عن أداءِ فردِ شهرِ رمضانَ لهذهِ السّنتِ للّه تعا لى
v Masalah
Apakah sah jika ada seseorang puasa sunnah dengan niat setelah
fajar dan sebelum niat dia sudah melakukan perkara yang membatalkan puasa.
Jawab: syaratnya kalau memang puasanya sudah menjadi kebiasaannya,
misal puasa senin kamis/arafah. Dia lupa bahwa ini hari senin, dan paginya
sudah sarapan. Setelah sarapan dia ingat bahwa ini hari senin, dan dia langsung
niat puasa sunnah senin. Maka menurut kitab taqrirot ini, boleh hukumnya
dan puasannya tetap sah. Tetapi menurut pendapat ulama’ yang diunggulkan,
kebanyakan ulama’ tidak memperbolehkan.
2.
Meninggalkan
perkara yang membatalkan puasa.
Dalam keadaan
orang itu ingat dan sengaja serta tidak dalam keadaan orang itu bodoh yang
bodohnya diampuni. Maka tidak batal puasanya kalau dia membatalkan puasanya
dalam keadaan lupa atau dipaksa atau orang yang bodoh yang diampuni bodohnya.
v Orang bodoh yang bodohnya diampuni adalah :
1.
Orang yang
hidup jauh dari ulama’. Misal tinggal di pedalaman, sehingga dia tidak tau
tentang hukum-hukum agama.
2.
Orang
muallaf(baru masuk islam), karena pengetahuan tentang agama islam masih sedikit
dan lemah.
Terimakasih sudah berkunjung!
Sumber : التَّقْرِيرات السَّدِ يداة في المسا ئل المُفيدة " من الكتاب "
Comments
Post a Comment